RenunganHarian (Jumat, 15 Juli 2022) >. Bacaan: MATIUS 13:1-23. Bacaan Setahun: Mazmur 119. Nas: "Yang ditaburkan di tanah yang baik ialah orang yang mendengar firman itu dan mengerti, dan karena itu ia berbuah, ada yang seratus kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, ada yang tiga puluh kali lipat." (Matius 13:23)
JAKARTA, - Satuan Tugas Satgas Penanganan Covid-19 menerbitkan aturan baru tentang kegiatan di fasilitas publik serta syarat perjalanan dalam dan luar negeri. Aturan tersebut tertuang dalam Surat Edaran Nomor 1 Tahun 2023 tentang Protokol Kesehatan pada Masa Transisi Endemi Covid-19 yang diteken Ketua Satgas Penanganan Covid-19 Suharyanto pada 9 Juni surat edaran tersebut, orang yang sehat diperbolehkan tidak menggunakan masker. Sementara, yang sakit atau berisiko terpapar Covid-19 tetap dianjurkan menggunakan masker. Baca juga Update 9 Juni 2023 Kasus Covid-19 Bertambah 190 dalam Sehari, Total Jadi “Diperbolehkan tidak menggunakan masker apabila dalam keadaan sehat dan tidak berisiko tertular atau menularkan Covid-19, dan dianjurkan tetap menggunakan masker yang tertutup dengan baik apabila dalam keadaan tidak sehat atau berisiko Covid-19, sebelum dan saat melakukan perjalanan dan kegiatan di fasilitas publik,” demikian bunyi petikan surat edaran. Namun demikian, masyarakat tetap dianjurkan melakukan vaksinasi Covid-19 sampai dengan booster kedua atau dosis keempat, terutama bagi yang punya risiko tinggi penularan virus corona. Selain itu, dianjurkan pula untuk membawa hand sanitizer atau menggunakan sabun dan air mengalir buat mencuci tangan secara berkala, terutama jika bersentuhan dengan benda-benda yang digunakan secara bersamaan. Baca juga Kemenkes Kasus Rabies Meningkat pada 2022, Kemungkinan karena Pandemi Covid-19 Kemudian, bagi orang dalam keadaan tidak sehat dan berisiko tertular atau menularakan Covid-19, dianjurkan untuk menjaga jarak atau menghindari kerumunan. “Dianjurkan tetap menggunakan aplikasi Satu Sehat untuk memantau kesehatan pribadi,” bunyi Surat Edaran. Sementara, untuk seluruh pengelola dan operator fasilitas transportasi, fasilitas publik, dan kegiatan skala besar bersama pemerintah daerah setempat, dianjurkan untuk tetap melakukan perlindungan kepada masyarakat melalui upaya preventif dan promotif untuk mengendalikan penularan tetap melakukan pengawasan, pembinaan, penertiban, dan penindakan terhadap pelaksanaan protokol kesehatan untuk mengendalikan penularan virus corona. Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito mengatakan, pelonggaran kebijakan dilakukan dalam rangka transisi endemi. “Demi memaksimalkan perekoniman Indonesia dan proses transisi endemi,” kata Wiku dalam keterangan tertulis, Sabtu 10/6/2023. Data menunjukkan bahwa perkembangan kasus Covid-19 harian di dunia sejak awal 2023 hingga 8 Juni 2023 mengalami penurunan. Kasus positif turun 97 persen, kasus kematian turun 95 persen, dan kasus aktif turun 4 persen. Sementara, rata-rata persentase kasus kesembuhan di dunia selama tahun 2023 mencapai 96 persen. Baca juga Kemenkes 10 dari 15 Jemaah Haji yang Wafat adalah Lansia, Jantung Koroner Jadi Penyebab Utama Adapun secara nasional, kasus positif Covid-19 juga mengalami penurunan sejak awal 2023 hingga saat ini. Per 1 Januari sampai dengan 8 Juni 2023, kasus positif turun 31 persen, dari 366 kasus menjadi 254 kasus. Kemudian, rata-rata persentase kasus kesembuhan mencapai 97,47 persen. Sedangkan kasus kematian mengalami penurunan 43 persen. Selanjutnya, cakupan vaksinasi dosis lengkap saat ini sebesar 74,53 persen, booster dosis pertama 37,93 persen, dan booster dosis kedua 1,73 persen. Capaian vaksinasi juga diikuti dengan hasil survei imunitas serosurvey yang menunjukkan cakupan dan kekebalan imunitas penduduk Indonesia tinggi, berada pada angka 99 persen per Januari 2023. Dengan terbitnya Surat Edaran terbaru ini, sekaligus mencabut SE Nomor 24 Tahun 2022 tentang Pelaku Perjalanan Dalam Negeri, SE Nomor 25 Tahun 2022 tentang Pelaku Perjalanan Luar Negeri, SE Nomor 20 Tahun 2022 tentang Kegiatan Skala Besar, dan SE Nomor 19 Tahun 2021 tentang Satgas di Fasilitas Publik. Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Mari bergabung di Grup Telegram " News Update", caranya klik link kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Sayaberasal dari keluarga broken home yang pernah menjalani hubungan asmara dengan pasangan yang berasal dari keluarga yang harmonis, dan saat ini pun sedang menjalin hubungan serius dengan pria yang berasal dari keluarga yang harmonis.. Berdasarkan pengalaman, saya hampir tidak pernah secara "sengaja" atau mengkhususkan agenda untuk
Kita mengenal kebebasan untuk menjalankan agama dan kepercayaan. Negara berkewajiban melindungi pemeluknya. Bagaimana dengan warga negara Indonesia yang tidak memilih suatu agama atau tidak percaya Tuhan itu ada? Foto Monique Rijkers
Bertolakdari pernyataan ini, sebagian orang percaya bahwa Allah tidak mendengar dan tidak akan pernah menjawab doa orang yang tidak percaya. Namun, ayat-ayat Alkitab berikut ini menggambarkan yang sebaliknya. Melalui 1 Yohanes 5:14-15, dinyatakan bahwa Allah menjawab doa-doa berdasarkan apakah yang diminta itu sesuai dengan kehendakNya atau tidak.
NilaiJawabanSoal/Petunjuk ATEIS Orang yang tidak percaya adanya Tuhan DAHRIAH Orang-orang yang tidak percaya akan adanya Tuhan BERTUHAN 1 percaya dan berbakti kpd Tuhan; beribadah orang yang tidak ~, orang yang tidak percaya akan adanya Tuhan; 2 memuja sesuatu sebagai Tuhan janganlah kita ~ kpd berhala; FASIK 1 tidak peduli terhadap perintah Tuhan; 2 orang yang percaya kpd Allah, tetapi tidak menjalankan perintah-Nya; RELIGI Kepercayaan kepada Tuhan SABAR Orang ... disayang Tuhan SKEPTIS Tidak Percaya Kepada Orang Lain PISTANTHROPHOBIA Tidak Percaya Kepada Orang Lain BUKTI Sesuatu Yang Buat Orang Percaya ATEISTIS Bersifat tidak mengakui adanya Tuhan FATALIS Orang yang percaya atau menyerah saja pada nasib CURIGA Tidak percaya kepada orang lain, berhati-hati KABIL Ingkar terhadap tuhan atau orang tua ATEISME Paham yang tidak mengakui adanya Tuhan DURHAKA Ingkar Terhadap Perintah Tuhan Atau Orang Tua KUFUR Kafir tidak percaya kpd Tuhan dan Rasul-Nya; MUKMIN Orang yang beriman dan percaya kpd Allah GROGI Tidak percaya diri, canggung saat berhadapan dengan orang banyak DEISME Ajaran yang mengakui adanya Tuhan tapi tidak mengakui agama RASUL Utusan Tuhan ANIMATOR Orang yang percaya pd kekuatan spiritual yang bukan manusia FIRAUN Orang kafir yang mengaku Tuhan pd zaman Nabi Musa BERIMAN Mempunyai keyakinan dan kepercayaan kepada Tuhan; berimankan percaya kpd; PENYANGSI Orang yang tidak mudah percaya; orang yang lekas bimbang; MAIDO Mencela karena tidak percaya akan perbuatan maupun hasil pekerjaan orang lain
OrangTidak Percaya Adanya Tuhan - Jawaban TTS - Kunci TTS Jawaban TTS Sistem kami menemukan 25 jawaban utk pertanyaan TTS orang tidak percaya adanya tuhan . Kami
Muhammad Faridz Agama Friday, 24 Jun 2022, 2143 WIB Ateisme berasal dari bahasa Yunani, A berarti tidak ada dan theos berarti Tuhan. Atheis atau yang sering dikenal atheisme ini diartikan sebagai tidak percaya adanya tuhan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, atheis adalah orang yang tidak percaya adanya tuhan. Secara umum, atheisme adalah pandangan seseorang yang tidak mempercayai adanya tuhan, atau menolak adanya tuhan Di Indonesia, Pancasila sebagai landasan ideologis negara pada sila pertama telah menentukan bahwa Negara Indonesia adalah berlandaskan pada Ketuhanan Yang Maha Esa. Selanjutnya, dalam butir pertama sila pertama Pancasila dinyatakan Percaya dan Takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab. Artinya, memang secara ideologi, setiap warga negara Indonesia percaya dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan memeluk suatu agama. Namun, di Indonesia masih ditemui adanya warga negara Indonesia yang tidak mempercayai atau memeluk suatu agama tertentu atau yang dikenal dengan sebutan atheis. Dan memang belum ada satu peraturan perundang-undangan yang secara tegas melarang dan menentukan sanksi bagi seseorang yang menganut ateisme. Akan tetapi, dengan seseorang menganut ateisme, akan memberikan dampak pada hak-hak orang tersebut di mata hukum. Contohnya kesulitan dalam pengurusan dokumen-dokumen kependudukan seperti Kartu Tanda Penduduk ataupun Kartu Keluarga yang mengharuskan adanya pencantuman agama. Juga ketika seseorang hendak melangsungkan perkawinan, perkawinan hanya sah bila dilakukan menurut hukum dari masing-masing agama yang dianutnya Jadi, secara hukum, tidak ada peraturan perundang-undangan yang secara tegas melarang seseorang menganut paham ateisme. Di sisi lain, konsekuensi hukum dari paham ateisme yang dianutnya, orang yang bersangkutan boleh jadi tidak dapat menikmati hak-hak yang pada umumnya bisa dinikmati mereka yang menganut agama tertentu di Indonesia. Seorang ateis dilarang menyebarkan ateisme di Indonesia. Penyebar ajaran ateisme dapat dikenai sanksi pidana Pasal 156a Kitab Undang-Undang Hukum Pidana “KUHP” yang menyebutkan “Dipidana dengan pidana penjara selama-lamanya lima tahun barang siapa dengan sengaja di muka umum mengeluarkan perasaan atau melakukan perbuatan a. yang pada pokoknya bersifat permusuhan, penyalahgunaan atau penodaan terhadap suatu agama yang dianut di Indonesia; b. dengan maksud agar supaya orang tidak menganut agama apa pun juga, yang bersendikan Ketuhanan Yang Maha Esa.” Pada dasarnya kebebasan memeluk agama atau kepercayaan adalah hak setiap warga negara. Dasar hukum yang menjamin kebebasan memeluk agama atau kepercayaan di Indonesia ada pada konstitusi kita, yaitu Pasal 28E ayat 1 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 “UUD 1945” yang menyebutkan “Setiap orang bebas memeluk agama dan beribadat menurut agamanya, memilih pendidikan dan pengajaran, memilih pekerjaan, memilih kewarganegaraan, memilih tempat tinggal di wilayah negara dan meninggalkannya, serta berhak kembali.” Selanjutnya, kebebasan memeluk kepercayaan tercantum dalam Pasal 28E ayat 2 UUD 1945 yang berbunyi “Setiap orang berhak atas kebebasan meyakini kepercayaan, menyatakan pikiran dan sikap, sesuai dengan hati nuraninya.” Hak untuk beragama merupakan hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apapun. Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduknya untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu Dalil adanya Allah SWT Surat Al-Baqarah 2 Ayat 164 إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلَافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ وَالْفُلْكِ الَّتِي تَجْرِي فِي الْبَحْرِ بِمَا يَنْفَعُ النَّاسَ وَمَا أَنْزَلَ اللَّهُ مِنَ السَّمَاءِ مِنْ مَاءٍ فَأَحْيَا بِهِ الْأَرْضَ بَعْدَ مَوْتِهَا وَبَثَّ فِيهَا مِنْ كُلِّ دَابَّةٍ وَتَصْرِيفِ الرِّيَاحِ وَالسَّحَابِ الْمُسَخَّرِ بَيْنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَعْقِلُونَ Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati kering-nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh terdapat tanda-tanda keesaan dan kebesaran Allah bagi kaum yang memikirkan. Surat Al-Anam 6 Ayat 1 الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ وَجَعَلَ الظُّلُمَاتِ وَالنُّورَ ۖ ثُمَّ الَّذِينَ كَفَرُوا بِرَبِّهِمْ يَعْدِلُونَ Segala puji bagi Allah Yang telah menciptakan langit dan bumi dan mengadakan gelap dan terang, namun orang-orang yang kafir mempersekutukan sesuatu dengan Tuhan mereka. Penulis - Dr. Ira Alia Maerani Dosen FH Unissula - Muhammad Faridz Abdillah Mahawiswa PBSI Unissula atheis agama Disclaimer Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku UU Pers, UU ITE, dan KUHP. Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel. Berita Terkait Terpopuler di Agama
DilemaHidup Beragama. Tak jarang manusia yang membenci dan menghakimi manusia lain yang memiliki dua rupa. Tanpa bertanya dan mengonfirmasi, mereka berhenti
Istilah agnostik akhir-akhir ini kerap diperbincangkan oleh beberapa masyarakat. Bahkan, fenomena pengakuan seseorang yang menjadi seorang agnostik juga telah ditemukan baik di kehidupan nyata maupun platform media sebenarnya merupakan istilah populer dari agnostisisme. Agnostisisme berasal dari bahasa Yunani, “gnostein” artinya tahu; mengetahui dan “a” artinya tidak. Sementara secara harfiah, agnostisisme adalah seseorang yang tidak seorang filsuf bernama William L. Rowe, agnostik adalah seseorang yang tidak percaya atau mendustakan keberadaan Tuhan. Kemudian dalam arti sempit, agnostik adalah pandangan bahwa akal manusia secara rasional tidak mampu membenarkan keberadaan apa saja sebenarnya bentuk-bentuk agnostik yang ada di dalam kehidupan manusia? Simak ulasan lengkapnya yang dilansir dari Merajut Damai dalam Kebinekaan karya Ahmad Nurkholis 201782.Bentuk-bentuk AgnostikDalam perkembangan selanjutnya, agnostik dapat dibagi menjadi beberapa bentuk yang hingga kini juga masih diperdebatkan keberadaannya, di antaranya meliputiKategori agnostik ateisme adalah mereka yang ragu mengenai keberadaan Tuhan. Sehingga mereka memilih untuk tidak mempercayai adanya ini ragu mengenai keberadaan Tuhan, namun memilih mencoba mempercayai Tuhan secara personal. Sehingga, mereka tidak butuh memeluk suatu agama tertentu untuk menyembah Apatis atau Agnostisisme PragmatisMereka yang termasuk ke dalam bentuk agnostik pragmatis memiliki pandangan bahwa tidak ada bukti yang menunjukkan ada atau tidaknya Tuhan dalam bentuk apapun. Agnostik Berbeda dengan AteismeSecara sederhana, agnostik seringkali hampir disamakan dengan paham ateisme. Padahal, sebenarnya keduanya mengandung pengertian dan praktik yang berbeda. Seseorang yang menganut paham ateisme, secara tegas menyakini Tuhan itu tidak ada. Bagi mereka, alam semesta termasuk makhluk di dalamnya merupakan proses alamiah yang terjadi dalam rentang waktu yang sangat agnostik hanya menyatakan bahwa dirinya tidak tahu, entah keberadaan Tuhan itu ada atau tidak. Meskipun secara praktik ateisme dan agnostik memiliki tujuan masing-masing, keduanya sama-sama menolak konsep agama.
Bacajuga: Tidak Memilih Saat Pemilu TTS Lontong 6 Huruf Bukan Golput! Ini Jawaban dan Penjelasannya. 4. Kunci Jawaban TTS Pintar Level 244: Orang yang tidak
Banyak orang ateis berpikir kepercayaan yang mereka anut adalah hasil dari pemikiran rasional. Mereka menggunakan argumen seperti “Saya tidak percaya pada Tuhan, saya percaya pada sains” untuk menjelaskan bahwa bukti dan logika, daripada keyakinan supranatural dan dogma, mendasari pemikiran mereka. Tapi hanya karena Anda percaya pada penelitian ilmiah berbasis bukti–yang tunduk pada pemeriksaan dan prosedur yang ketat–tidak berarti pikiran Anda bekerja dengan cara yang sama. Ketika Anda bertanya kepada ateis mengapa mereka menjadi ateis, mereka sering menceritakan momen eureka ketika mereka menyadari bahwa agama tidak masuk akal. Anehnya mungkin, banyak orang beragama benar-benar mengambil sebuah pandangan serupa tentang ateisme. Hal ini muncul ketika para teolog dan para penganut agama lainnya berspekulasi bahwa para ateis pasti sekelompok orang yang menyedihkan yang tidak mendapatkan kepuasan filosofis, etis, mitos, dan estetis yang dimiliki oleh orang-orang religius–terjebak dalam dunia rasionalitas dingin saja. Sains ateisme Tapi pada kenyataannya, sains semakin menunjukkan bahwa para ateis tidak lebih rasional daripada teis. Sesungguhnya, ateis sama rentannya dengan siapapun untuk masuk ke dalam “pikiran kelompok atau group think” bentuk-bentuk kognisi non-rasional lainnya. Misalnya, baik orang-orang religius dan nonreligius dapat mengikuti orang-orang karismatik tanpa mempertanyakannya. Dan pikiran kita sering lebih memilih perasaan benar ketimbang kebenaran itu sendiri, sebagaimana psikolog sosial Jonathan Haidt telah jelajahi. Bahkan keyakinan ateis sendiri sedikit hubungannya dengan penyelidikan rasional daripada yang dipikirkan ateis. Kita sekarang tahu, misalnya, anak-anak nonreligius dari orang tua religius melepaskan keyakinan mereka untuk alasan yang tidak ada hubungannya dengan pemikiran intelektual. Penelitian kognitif terbaru menunjukkan bahwa faktor yang menentukan adalah belajar dari apa yang orang tua lakukan daripada apa yang mereka katakan. Jadi jika orang tua mengatakan bahwa mereka orang Kristen, tapi mereka telah jauh dari kebiasaan dengan melakukan hal-hal yang seharusnya penting–seperti berdoa atau pergi ke gereja–anak-anak mereka sama sekali tidak percaya bahwa agama masuk akal. Hal ini sangat rasional, tapi anak-anak tidak memproses hal tersebut pada tingkat kognitif. Sepanjang sejarah evolusi kita, manusia sering kekurangan waktu untuk meneliti dan menimbang bukti–yang diperlukan membuat penilaian cepat. Itu berarti bahwa anak-anak sampai batas tertentu hanya menyerap informasi penting, yang dalam hal ini bahwa keyakinan agama tidak tampak penting seperti yang dikatakan orang tua. Anak-anak memilih sering kali tidak berdasarkan pemikiran rasional. Anna Nahabed/Shutterstock Bahkan anak-anak yang lebih tua dan remaja yang benar-benar merenungkan topik agama mungkin tidak berfikir secara independen seperti yang mereka pikirkan. Penelitian yang sedang berkembang di Inggris menunjukkan bahwa orang tua ateis dan lainnya menyampaikan keyakinan mereka kepada anak-anak mereka dengan cara yang sama yang dilakukan orang tua yang religius–melalui budaya juga argumen. Beberapa orang tua berpandangan bahwa anak-anak mereka harus memilih kepercayaan mereka untuk diri mereka sendiri, tapi yang mereka lakukan adalah menyampaikan cara berpikir tertentu tentang agama, seperti gagasan bahwa agama adalah masalah pilihan daripada kebenaran ilahi. Tidak mengherankan bahwa hampir semua anak-anak di Inggris-95%-berakhir “memilih” untuk menjadi ateis. Sains versus keyakinan Tapi apakah ateis lebih cenderung berpegangan pada sains ketimbang orang-orang religius? Banyak sistem kepercayaan yang sedikit banyak cocok dengan pengetahuan ilmiah. Beberapa sistem kepercayaan sangat kritis terhadap sains, dan menganggapnya terlalu banyak mempengaruhi kehidupan kita, sementara sistem kepercayaan lain sangat peduli untuk mempelajari dan menanggapi pengetahuan ilmiah. Tapi perbedaan ini tidak memetakan dengan rapih apakah Anda religius atau tidak. Beberapa tradisi Protestan, misalnya, melihat rasionalitas atau pemikiran ilmiah sebagai pusat kehidupan religius mereka. Sementara itu, generasi baru ateis postmodern menyoroti batas-batas pengetahuan manusia, dan melihat ilmu pengetahuan sebagai sangat terbatas, bahkan bermasalah, terutama ketika datang ke pertanyaan eksistensial dan etis. Para ateis ini mungkin, misalnya, mengikuti pemikir seperti Charles Baudelaire dalam pandangan bahwa pengetahuan sejati hanya ditemukan dalam ekspresi artistik. Sains dapat memberikan kepuasan eksistensial juga. Vladimir Pustovit/Flicr, CC BY-SA Dan sementara banyak ateis suka menganggap diri mereka sebagai pro sains, sains, dan teknologi itu sendiri kadang-kadang bisa menjadi dasar pemikiran agama atau keyakinan, atau sesuatu yang sangat mirip dengannya. Misalnya, munculnya gerakan transhumanis, yang berpusat pada keyakinan bahwa manusia dapat dan harus melampaui keadaan alami dan keterbatasan mereka saat ini melalui penggunaan teknologi, adalah contoh bagaimana inovasi teknologi mendorong munculnya gerakan baru yang memiliki banyak kesamaan dengan religiusitas Bahkan bagi orang-orang ateis yang skeptis terhadap transhumanisme, peran sains tidak hanya soal rasionalitas–sains dapat memberikan pemenuhan filosofis, etis, mitos, dan estetika yang disediakan agama bagi pemeluknya. Ilmu pengetahuan tentang dunia biologis, misalnya, jauh lebih dari sekadar topik keingintahuan intelektual-bagi sebagian ateis, itu memberikan makna dan kenyamanan dalam cara yang sama kepercayaan pada Tuhan memberi makna bagi penganutnya. Para psikolog menunjukkan bahwa kepercayaan dalam sains meningkat dalam menghadapi stres dan kecemasan eksistensial, seperti halnya keyakinan agama semakin intensif bagi penganut agama dalam situasi-siatusi seperti ini. Jelas, gagasan bahwa menjadi ateis disebabkan alasan rasional saja mulai terlihat irasional. Kabar baiknya adalah rasionalitas itu terlalu dilebih-lebihkan. Kecerdasaan manusia lebih banyak bersandar pada pemikiran rasional. Seperti yang dikatakan Haidt tentang “pikiran lurus”, kita sebenarnya “dirancang untuk” melakukan “moralitas”-bahkan jika kita tidak melakukannya dengan cara rasional seperti yang kita pikirkan. Kemampuan untuk membuat keputusan cepat, mengikuti hasrat kita dan bertindak berdasarkan intuisi juga merupakan kualitas manusia yang penting dan penting untuk kesuksesan kita. Untung manusia telah menemukan sains, sesuatu yang, tidak seperti pikiran kita, rasional dan berdasarkan bukti. Ketika kita membutuhkan bukti yang tepat, sains dapat menyediakannya-selama topik tersebut dapat diuji. Yang terpenting, bukti ilmiah cenderung tidak mendukung pandangan bahwa ateisme adalah tentang pemikiran rasional dan teisme adalah tentang pemenuhan eksistensial. Kenyataannya manusia tidak seperti sains. Tidak satupun dari kita yang tidak pernah tidak rasional, ataupun tidak memiliki sumber makna eksistensial dan kenyamanan.
rgFqTs. 444 37 401 62 299 276 49 453 351
orang yang tidak percaya adanya tuhan tts